Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Catatan

Ideal

Sebuah pertanyaan kecil untuk malam ini, Manakah yang lebih ideal, untuk ukuran menjadi seorang pemimpin, atau ketua, atau leader, atau apalah sebutan lainnya. Seorang yang tegas, menjadi seorang yang disegani, mungkin cenderung ditakuti, memunculkan posisi atau status yg jelas, saklek dengan tujuan, bisa mencapai tujuan tersebut dengan semua cara, namun terdapat jurang yg dalam hubungan antar sesama, karena adanya status posisi yang sangat kuat. Dengan, Seorang yang tidak tegas, cenderung turun ke bawah, sehingga bisa tidak dipandang sebagai seorang atasan, menghilangkan posisi dan status yang ada, sehingga cenderung lebih setara, tidak saklek dengan tujuan, sehingga tidak melakukan semua cara untuk tujuan itu, bahkan mungkin tidak bisa mewujudkan tujuannya, namun bisa menciptakan suasana yang menyenangkan, tanpa ada tembok maupun jurang status antar sesama. Entah.

Benang tipis antara pintar dan sombong

Sebuah pemikiran yang dalam beberapa waktu belakangan ini sering berputar di kepala saya. Mungkin pemikiran ini sering muncul berulang karena masih sempitnya pola pikir saya, atau masih belum banyak dan beragam orang-orang yang ditemui, atau bisa jadi juga karena sudah banyak melihat hal yang demikian. Betapa menakutkannya menjadi orang pintar, atau dalam artian lain sudah merasa pintar. Pemikiran ini pertama kali muncul mungkin pada saat pertama kali saya merantau ke Jogja. Awalnya pemikiran ini hanya untuk melihat ke diri sendiri, seorang anak kecil yang awalnya menganggap dirinya sudah tau banyak hal, akan tetapi pada akhirnya sadar ketika sudah keluar kandang sangat banyak hal lain yang tidak diketahui. Seorang anak kecil yang merasa bangga dengan hal yang dia ketahui, kemudian tersentak dengan keterbatasan ilmu yang ada. Akhirnya, muncul kesadaran dan rasa malu, kenapa bisa menganggap diri sebegitu tau, merasa lebih tinggi, dan bisa dengan begitu mudah menganggap remeh orang lain,

Anak - Anak di SPBU Sawahan

Seperti biasa, setelah melewati rutinitas berulang (melelahkan) yang sudah dijalani dalam beberapa bulan belakangan, waktu pulang adalah momen yang cukup melegakan. Sama seperti hari ini, setelah beres-beres, sedikit diskusi dan bertukar pikiran (agar otaknya tetap terasah :D), saya pun pulang ke rumah. Namun sebelum balik, saya menyempatkan untuk mampir terlebih dahulu di SPBU Sawahan untuk mengisi bensin motor. Disinilah saya sedikit menyadari satu hal, yang sebenarnya sudah saya perhatikan juga dalam beberapa kesempatan mengisi bensin di sini, yang mungkin memiliki arti lebih untuk sedikit memahami kehidupan. Hal yang nampak mungkin sederhana, hanya sekelompok anak-anak yang berada di SPBU tersebut. Dua anak, satu laki-laki dan satu perempuan, bertugas (jika bisa dibilang begitu) untuk meminta sumbangan bagi anak yatim, seperti tulisan yang tertera di kotak yang mereka bawa. Kemudian datang seorang anak laki-laki (sepertinya masih teman kedua anak tadi) yg mengendarai sepeda di area

Berapa

Berapakah harga yg harus dibayar? Untuk kepuasan batin? Untuk waktu yg dihabiskan? Untuk kesenangan dalam aktivitas? Untuk impian yg ingin diwujudkan? Untuk keinginan yg ingin didapat? Dan untuk menikmati hidup seperti yg diinginkan?

Alhamdulillah Sarjana Katanya

25 Agustus 2021, wisuda periode 4 UGM TA 2020/2021. Alhamdulillah saya sudah 'resmi' menyandang gelar sarjana sejarah di belakang nama. Setelah melalui beberapa halangan dalam menyelesaikan pendidikan ini, alhamdulillah saya mampu melewati hal tersebut dan menyelesaikan studi ini. Kalau ditanya rasanya gimana udah wisuda, sebenarnya biasa2 saja. Tidak ada hal yang wah sama sekali yang saya rasakan setelah berhasil menjadi seorang sarjana. Masih menjadi orang biasa saja dengan semua tingkah polahnya yang mungkin susah dimengerti bagi sebagian orang. Hanya ada perasaan lega dalam diri ini, karena sudah menyelesaikan kewajiban menyelesaikan pendidikan S1 kepada kedua orang tua, alm. Apa dan Ama. Selanjutnya tinggal menjalani proses hidup kedepannya sebagaimana yang sudah digariskan oleh Allah. Tidak ada target muluk2 ingin menjadi ini atau itu kedepannya, yang terpenting saya bisa menikmati setiap momen yang ada setiap harinya, tidak berpikiran dan memasang target jauh

Sudah Vaksin #2

Hari ini saya suntik vaksin dosis kedua di Klinik Parama Satwika Polres Sleman. Untuk suntik vaksin kali kini saya tidak perlu mengantri sejak dini hari seperti saat vaksin dosis pertama. Saya datang di lokasi kira2 jam 7 pagi, pelayanan dimulai pada jam setengah 8 pagi. Kali ini situasi di lokasi agak ramai, karena selain melayani vaksin dosis kedua dengan kouta 150 orang, klinik Polres Sleman juga menerima vaksin dosis pertama untuk umum dengan ktp Sleman dengan kouta 50 orang dan vaksin dosis pertama untuk ibu hamil dan difabel sebanyak 20 orang. Saya mendapatkan urutan vaksin ke 77. Antrian vaksin dosis kedua ini tidak terlalu lama. Pukul 9 kurang saya sudah mendapatkan suntikan vaksin. Setelah observasi selama lebih kurang 15 menit dan melapor kembali di meja perawat, saya sudah diperbolehkan pulanh meninggalkan lokasi vaksin. Untuk efek samping vaksin dosis kedua sejauh ini yang saya rasakan adalah rasa ngantuk yang lebih terasa dibandingkan saat vaksis dosis pertama

Akhirnya Vaksin Juga #1

Setelah beberapa hari bolak balik ke Klinik Polres Sleman, akhirnya hari ini saya bisa vaksin juga. Butuh perjuangan yang lumayan untuk mendapatkan suntikan ini. Mulai datang ke lokasi sejak tengah malam, menunggu antrian, hingga menahan angin malam yang cukup dingin beberapa hari ke belakang. Seminggu belakangan saya selalu ke lokasi setelah subuhan dan selalu kouta yang disediakan sudah habis. Akhirnya kemarin saya mememutuskan untuk datang lebih awal hari ini. Saya berangkat dari kos ke lokasi lebih kurang pukul 10an malam. Sesampai di lokasi, ternyata orang-orang yang ingin mengantri vaksin belum diperbolehkan masuk agar tidak menimbulkan kerumunan. Pak polisi yang sedang berjaga menyarankan untuk datang kembali sekitar jam 2an untuk mengantri. Untungnya di dekat Polres Sleman terdapat spbu 24 jam yang juga menyediakan rest area. Akhirnya saya memutuskan untuk menginap dan beristirhat disana. Setelah menginap lebih kurang 3 jam an, pukul setengah 2 saya kembali ke lokas

Selamat Hari Raya Idul Adha 1442 H

Malam ini takbir sudah mulai berkumandang di sekitaran kos. Diri ini seperti biasa masih menikmati rutinitas sebagai pengangguran yang haqiqi dengan hanya tidur2an di atas kasur. Di kondisi yang tak menentu seperti saat sekarang ini, Idul Adha tahun ini kembali dilewati seorang diri. Meskipun ini bukan yg pertama kali, karena tahun lalu dan tahun lalu, dan tahun-tahun sebelumnya semenjak saya merantau juga dilewati seorang diri. Akan tetapi setidaknya tahun-tahun sebelumnya selalu bisa terobati dengan acara bakar-bakar yang selalu diadakan di beskem kasihan. Entah bagaimana dengan tahun ini, karena masih ada PPKM yg kabarnya juga akan diperpanjang. Tapi masih patut disyukuri, diri ini masih diberi nikmat hidup dan kesehatan, dan masih bisa menikmati setiap momen yang dilewati dalam hidup ini. Selamat Hari Raya Idul Adha dari tanah rantau, semoga selalu bahagia, diberi kesehatan yang melimpah, dan menikmati setiap waktu dalam hidup.

Akhirnya Jumatan Lagi

Setelah sekian lama tidak jumatan, akhirnya hari ini saya kembali jumatan di masjid dekat rumah. Saya terakhir kali jumatan pada awal bulan Juli yang lalu, sebelum berangkat ke Yogyakarta. Di Jogja saya tidak pernah jumatan sama sekali, karena memang beberapa masjid di dekat kos tidak ada yang menyelenggarakan shalat jumat. Walaupun ada, itupun hanya terbatas untuk warga sekitaran masjid. Akhirnya setelah kembali ke Padang akhir Agustus yang lalu dan menyelesaikan masa karantina mandiri, saya bisa kembali melaksanakan shalat jumat. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari rutinitas yang saya lakukan ini. Cuma ada sedikit rasa ‘prihatin’ dari apa yang saya lihat ketika jumatan tadi. Sepengamatan saya masih ada beberapa orang yang tidak menggunakan masker ketika datang ke masjid untuk shalat jumat. Hal ini cukup riskan sebenarnya, karena beberapa hari belakangan, angka kasus covid di Sumatera Barat berada di atas angka 100an, dan Padang menjadi daerah yang banyak menyumbang angka kasus

Menulis Agar Terbiasa

Sepertinya menulis seru juga. Itulah pikiran yang tiba-tiba terlintas beberapa waktu yang lalu. Keinginan yang mungkin tidak pernah terbesit sebelumnya ini muncul karena diri ini tidak melakukan apapun pada masa pandemi. Sudahlah skripsi terbengkalai, mau bekerja pun tidak tau dimana. Akhirnya habislah waktu ini dengan hanya menonton film, main pubg, scroll facebook, kemudian balik nonton film lagi. Sungguh tidak berfaedah sekali. Pikiran untuk menulis ini juga muncul karena kebiasaan yang diri ini lakukan setiap selesai menonton sebuah film. Setelah menonton film, selalu diri ini mengambil hp dan mencari berbagai informasi tentang film tersebut, mulai dari review, aktor maupun aktris yang berperan, hingga penjelasan tentang beberapa plot cerita yang mungkin kurang dimengerti. Akhirnya munculah ide yang mungkin sedikit cemerlang ini. Jika diri ini sudah mulai menulis setidaknya ada kegiatan yang lebih berfaedah daripada biasanya. Selain itu kegiatan ini bisa membantu agar tidak ter